Kamis, 27 Maret 2025, pukul 11:49
Pelaksana tugas BGP DKI Jakarta, Saiful Bari menyampaikan pengantar dalam webinar BETAWI edisi perdana yang dihelat BGP DKI Jakarta, Senin (17/3/2025).
Balai Guru Penggerak (BGP) DKI Jakarta menyelenggarakan webinar Berbagi Strategi, Wawasan, dan Inovasi (BETAWI) bertajuk "Membangun Generasi Berintegritas melalui Pendidikan Karakter" pada Senin (17/3/2025). Forum ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta, yang terdiri dari guru, dosen, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga pendidikan di Tanah Air.Dalam pengantar webinar seri pertama ini, pelaksana tugas Kepala BGP DKI Jakarta, Saiful Bari mengatakan, tema tentang karakter ini sangat relevan dalam membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki karakter yang kuat sebagai modal dalam menghadapi tantangan zaman. “Kita semua memahami, karakter adalah fondasi utama dalam dunia pendidikan, kemampuan akademik tanpa dibarengi dengan nilai-nilai integritas, disiplin, dan kepedulian sosial akan kehilangan maknanya,”tambah Saiful. Acara dilanjutkan dengan arahan dari Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru, Nunuk Suryani. Dalam arahannya, Nunuk menyampaikan urgensi pendidikan karakter dalam membentuk kepribadian peserta didik. Menurutnya, pendidikan karakter sangat penting dan krusial di masa-masa sekarang dalam upaya kita untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan budi pekerti pada peserta didik. Nunuk juga berharap agar pesan-pesan dalam pendidikan karakter ini disampaikan melalui forum orangtua dan forum keluarga. “Sebenarnya waktu terbanyak anak-anak juga bersama keluarga sehingga anak-anak kita yang kita harapkan menjadi pribadi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan berkepribadian mulia dalam kehidupan sehari-hari dapat terwujud,” beber Nunuk. Sesi inti diisi dengan bentangan dua narasumber yang dipandu oleh Lestari Puspitaningsih, widyaiswara BGP DKI Jakarta. Narasumber pertama, Achmad Ghozi, menyampaikan hasil survei yang mengungkap bahwa 80 persen siswa di Makassar belum fasih membaca Al-Qur'an. Temuan ini mencerminkan kondisi yang lebih luas di Indonesia, yang literasi Al-Qur'an masih menjadi tantangan besar. Lebih lanjut, Ghozi menekankan pentingnya pendekatan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai Islam. Ia mengusulkan metode profetik yang menekankan tiga aspek utama dalam pendidikan, yakni tilawah (pembacaan Al-Qur'an yang baik dan benar), tazkiyah (penyucian diri melalui praktik ibadah), dan taklim (pengajaran ilmu agama secara komprehensif). “Pendekatan Al-Ghazali, yang mencakup tadrib (pelatihan berulang), qudwah (keteladanan guru atau orangtua), dan riyadah (latihan spiritual) dapat menjadi solusi efektif untuk meningkatkan literasi Al-Qur'an,“ beber Ghozi. Ghozi berharap adanya perhatian lebih dari berbagai pihak, baik dari lembaga pendidikan, keluarga, maupun masyarakat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Qur'an. "Membaca Al-Qur'an bukan sekadar keterampilan, tetapi juga bagian dari identitas spiritual umat Islam yang harus dijaga dan diwariskan," pungkasnya. Narasumber kedua, Zahrudin Sulthoni, menyoroti pentingnya pendidikan karakter dalam membentuk individu yang bertanggung jawab, memiliki simpati dan empati terhadap sesama. Menurutnya, karakter yang baik tidak hanya dibangun melalui teori, tetapi juga melalui praktik dalam kehidupan sehari-hari. Dosen Universitas Al Azhar Indonesia ini mengangkat kisah Nabi Ibrahim sebagai contoh ketakwaan, keikhlasan, dan pengorbanan, yang nilai-nilai ini menjadi landasan dalam membentuk karakter kuat dan berintegritas. “Untuk menerapkan kisah ini dalam pembelajaran, metode diskusi dapat digunakan untuk menggali makna, refleksi membantu peserta didik mengaitkan nilai-nilai dengan kehidupan mereka, dan pengaitan dengan situasi nyata membuat pembelajaran lebih relevan. Dengan cara ini, pendidikan karakter dapat lebih efektif dalam membentuk pribadi yang berakhlak mulia,” imbuh Zahrudin. (TDP)